Friday, October 27, 2017

"Sopir Berkarisma"


 Menceritakan pengalaman naik kendaraan bagiku berarti menceritakan pengalaman mengendarainya. Aku bisa mengendarai sepeda motor setelah aku membeli motor bermerk Karisma. Aku belajar mengendarainya diajari oleh teman sepengajian. Temanku ini, suaminya mengajar di sekolah yang sama denganku. Jauh sebelum motor kubeli, aku sudah memiliki Surat Izin Mengemudi / SIM B. Waktu itu ada tawaran dari orang tua murid yang polisi kepada kami guru-guru untuk membuat SIM secara komunal. Jadilah aku memiliki SIM mudah dan murah, walau belum pandai mengendarai motor. Bahkan SIM tersebut, hampir tidak berlaku lagi. Hanya satu kali belajar, ketika pergi, temanku yang mengendarai tetapi ketika pulang aku yang mengendarai motor. Aku baru berani mengendarai motor secara rutin ke sekolah beberapa minggu kemudian. Malangnya, ketika pulang sekolah di jembatan terjadi kemacetan, aku terjatuh, motor menghimpit badanku. Alhamdulillah ... ada orang yang membantuku untuk mendirikan motor sehingga aku pun bisa berdiri. Menahan sakit dan menangis dalam hati, aku pulang dengan mengendarai motor semakin pelan. Aku dipijit oleh Bude tukang urut dekat rumah. Penyebab jatuh baru kuketahui keesokkan harinya di sekolah. Suami teman yang mengajariku bertanya “Buk Fai, ketika macet pinggiran jembatan dipegang ya?” Aku hanya mengernyitkan kening. Dia lanjut ngomong “Lain kali Buk Fai, kalau berhenti jangan tangan kita yang memegang tetapi kaki diturunkan” Aku hanya menganggukkan kepala dan berterimakasih padanya.

 Beberapa tahun kemudian Ayahku membeli mobil, sebelum mobil datang Ayah sudah menyarankan agar aku kursus menyetir. Maka akupun mendaftar kursus. Kursus inilah yang benar-benar membuat stres. Hari pertama kursus, entah berapa kali mobil kubuat mati mendadak karena salah injak dan belum hafal yang mana kopling, rem dan gas. Mobil kubuat memanjat trotoar, berbelok selalu patah, dan lain-lainnya. Pertemuan berikutnya, ada rasa kapok, aku malas datang sehingga si pelatih kursus Pak Sudir menawarkan untuk menjemput ke rumah. Terpaksalah, dari pada merepotkan, aku kembali datang kursus. Pertemuan kedua, alhamdulillah lancar. Tapi makin lama, kursus stirnya semakin sulit, si pelatih mengajarkan mengendarai mobil di jalan mendaki, mendaki dan berbelok, mendaki dan berhenti karena simpang empat dan ada lampu merahnya. Beberapa kali mesin mobil mati karena aku belum bisa menggantung kopling. Aku sampai memohon ke Pak Sudir agar tidak menempuh jalan-jalan yang “sulit” tersebut. Dasar, Pak Sudir cerdik dia mengarahkanku untuk membawa mobil ke jalan-jalan yang aku sendiri tidak tahu dimana dan ujung-ujungnya sampai lagi di jalan-jalan yang sulit tadi. Lama kelamaan keberanianku semakin bertambah karena merasa sudah semakin lihai mengendarai mobil. Di pertemuan-pertemuan akhir justru aku yang minta diajarkan menyeberangi jembatan, parkir di mall atau pasar yang ramai. Begitulah, dari empat belas kali jatah pertemuan kursus stir, aku sudah dapat SIM A di pertemuan ke sepuluh.


       Kendaraanku ke sekolah berganti dari motor menjadi mobil. Hari pertama mengendarai mobil, lagi-lagi kecelakaan. Bemper belakang mobil ditabrak keras oleh motor. Aku tidak bisa menyalahkan si pembawa motor karena aku memang mengerem mendadak karena mobil di depanku juga berhenti mendadak. Sejak kecelakaan, di kaca belakang mobil kutempeli tulisan “JAGA JARAK” yang kuprint sendiri berwarna merah. Muridku yang iseng malah menyarankan tulisan tersebut ditambahkan dengan tulisan "SOPIR BAGAK" yang artinya sopir berani, maksudnya sama agar tidak ada yang berani dekat-dekat sehingga tidak ditabrak lagi. Aku membawa mobil pulang pergi ke sekolah bertiga dengan dua orang ponakanku. Mobilku lama kelamaan penuh karena ada beberapa orang murid yang ikut denganku, pergi dan pulang sekolah. Jadilah mobil APV, menjadi mobil jemputan. Dengan adanya murid jemputan, APV bisa “minum sendiri” alias biaya bensinnya dari uang jemputan. Bahkan, sekali setahun APV juga bisa membayar sendiri pajaknya. Setelah setahun mengantar jemput anak-anak, aku berinisiatif untuk syukuran karena dalam setahun yang sudah berlalu tidak ada terjadi kecelakaan. Sepulang sekolah, aku membelikan makanan dan minuman yang disukai anak-anak jemputan, mereka sangat gembira dan mendoakan semoga di tahun berikutnya juga seperti tahun yang sudah berlalu. Jadi, kalau di perusahan ada “Safety Working Award” maka kami merubahnya menjadi “Safety Driving Treat” atau “Traktiran Mengendarai dengan Selamat”. Ini menjadi tradisi tersendiri di jemputan, sehingga jika aku lupa murid-murid jemputan mengingatkan.

 Suatu hari, sepulang sekolah aku merasa diikuti oleh mobil di belakangku. Kutanyakan ke murid-murid jemputan ada yang tahu dengan mobil yang dibelakang. Salah seorang menjawab bahwa mobil itu sudah mengikuti dari parkiran di sekolah. Di rumah ketiga, aku menurunkan murid jemputanku, mobil “penguntit” mengklakson dan aku berhenti. Seorang Ibu keluar dan menghampiriku “Ustadzah, anak saya bisa ikut mobil Ustadzah ?” “Wah, nggak bisa Bu, mobil saya sudah penuh” jawabku. “Anak saya maunya naik mobil Ustadzah, anak saya badannya kecil kok”. Aku bertanya dimana rumahnya, ternyata rumahnya jauh dari rute jemputan yang aku lalui. Kusarankan agar anaknya naik mobil jemputan lain, dan aku memberikan nomor telefon teman yang juga membawa mobil. Di rumah, ponakanku yang laki-laki berkata “Aku tahu, kenapa Ibu tadi pingin anaknya naik APV kita”. “Kenapa?” “Karena Etek sopir yang berkarisma” jawab ponakanku. “Berkarisma? sok tahu kamu emang karisma tu apa?” tanyaku lagi. “Iyyaaa... Etekkan sebelum bawa mobil bawa motor karisma..” jawabnya sambil berlalu ke kamar mandi. Adiknya yang perempuan menimpali “Etek ni, mentang-mentang yaa... bawa mobil APV, lupa motor karisma” Duuh... aku semakin tak mengerti atau bahkan mereka yang tak mengerti. Entahlah...

Etek = istilah bahasa Minang artinya Bibi, saudara perempuan Ibu / Ayah
Pekanbaru, 27 Oktober 2017
Cerita ini pengalaman nyata, ditulis untuk mengikuti Kuis di Grup Kelas Mentoring Lanjutan Sekolah Perempuan edisi Oktober 2017. Semoga Berkenan... 

Wednesday, March 29, 2017


Menabur Yang Baik

     “Siapa yang menabur dialah yang akan menuai hasilnyakalimat inilah yang selalu saya pegang apalagi ketika mengajar. Saya berusaha dalam situasi dan kondisi apapun yang saya lakukan khususnya ucapan kalimat atau bahkan kata-kata yang keluar dari mulut saya adalah kata-kata yang pantas dikeluarkan oleh seorang guru. Saya yakin ucapan yang saya ucapkan akan diingat oleh murid-murid saya, dan bahkan mereka akan menirunya.

    Awal mengajar dulu, ketika mengajar saya suka memanggil murid-murid dengan sebutan sederhana wooi..Beberapa murid merespon yaaa Ustadzah...tetapi ada juga yang membalas dengan wooi...Salah seorang murid kelas enam, sambil lalu tapi mengkritik Waah.. Ustadzah ni...cara manggilnya eee..Saya agak tertegun dan lalu membela diri Waah.. maklumlah yaa penghematan kata dan waktu, repot kalau Ustadzah bilang "anak-anak ustadzah".. jadi, supaya cepat wooisaja nggak apa-apakan..?Eee.. mereka malah menjawab Nggak apa-apa wooi..Huuft... Sejak itu saya berusaha tidak lagi menggunakan atau mengurangi penggunaan kata wooi

     Di kelas empat dimana saya menjadi wali kelasnya, waktu itu sedang belajar Kesenian dengan guru baru. Hari itu hari pertamanya masuk di kelas saya. Si guru menerangkan tentang  jenis nyanyian / lagu. Beliau menerangkan dengan mencatat di papan tulis. Baru menerangkan beberapa jenis, salah seorang murid namanya Faisal, bertanya Ustadz, mengapa kita nggak menyanyikannya saja ?Si guru tidak peduli tetapi tetap saja menerangkan. Beberapa murid malah bergerombol dan mengobrol jadinya. Si guru seni menghentikan penerangannya dan bertanya Tu.. yang bergerombol tu.. ngapain tu.. macam heiwaaan aja..?si Faisal malah balik bertanya Apa...itu heiwaan Stad ?Si Ustadz Kesenian tidak bisa menjawab tetapi langsung meneruskan penerangannya. Saya hanya menggeleng-gelengkan kepala memperhatikannya.

     Setelah selesai belajar kesenian, dilanjutkan pelajaran IPS dengan saya. Sebelum masuk ke pelajaran, saya menyinggung peristiwa heiwaantadi. Saya minta murid untuk mengerti dan mau mengikuti gaya gurunya mengajar apalagi Kesenian yang hanya satu jam dalam seminggu. Salah seorang murid bertanya Ustadzah, waktu Ustadzah sekolah dulu pernah nggak nakal seperti kami ?spontan saya jawab Pernah.Gimana tu ceritanya Zah..Hmm... sama kayak kalian tadi, guru Ustadzah tu guru baru juga tapi mengajar Matematika, baru beberapa pekan mengajar. Waktu itu dia ngasih tugas buat kliping satu kelompok berdua. Ustadzah sama teman Ustadzah belum selesai klipingnya jadi kami berdua mengerjakannya di kelas padahal waktu itu, si Bapak menerangkan pelajaran.  Melihat Ustadzah dan teman asyik menggunting dan mengelem kliping, dia mendekati kami berdua dan bertanya” “Ini.. klipingnya disimpan atau dikerjakan diluar...””Ustadzah dan teman berhenti mengerjakan kliping” “Trus.. trus... Zah..murid-murid saya penasaran. Terus, teman Ustadzah ngomong ke Ustadzah Eh, Fai.. kita kerjakan di luar aja yook..Ustadzah spontan setuju Aaayook..Akhirnya, Ustadzah dan teman Ustadzah permisi keluar kelas dan mengerjakan kliping di luar kelasSi Faisal berkomentar, Wuiih mantap dang..ada lagi yang komenLuar.. biasa Stadzah... Bahkan, ada beberapa murid yang bertepuk tangan dan mengacungkan jempol. Aaa.. mana pula.. apanya yang mantap..Timpal saya.Bapak tu, diam saja Zah, nggak marah ?tanya Faisal. Saya menjawab Hee... nggak tahu, tapi Ustadzah melihat Bapak Guru tu keluar kelas dan mengawasi kami sebentar””Eeeh.. tapi jangan ditiru yaa.. walau bagaimanapun nggak baik, Ustadzah dan teman yang salah kan..

     Kelas saya kondisikan kembali untuk belajar IPS. Salah seorang murid memberi tahuZah.. ada PR Zah..“ “Oh yaa, kita periksa yaa, change buku PRnyaSalah seorang murid mengadu Zah... Faisal nggak buat PR..Saya bertanya ke Faisal Kenapa nggak buat Sal.. ?” “Heee,, lupa bawa Zah..Saya hanya menghela nafas. Lalu si Faisal bertanya Ustadzah, nggak nyuruh Ana mengerjakan PR di luar ?Saya berikan ia senyum manis saya lalu berkata Hmmm iyya yaa.. hebat Anta yaa.. mau buat PR di luar, bisa main jadinya tidak lah yaa.. memangnya Ustadzah Bapak Guru tadi..?Murid-murid memberikan Wuuupanjang ke Faisal. Dia hanya menggaruk-garuk kepalanya lalu membuka tas, mengeluarkan buku PR IPSnya dan memberikan ke teman di sebelahnya.

    Begitulah murid-murid, betapa mereka sangat meresapi ucapan gurunya. Ibarat spon mereka menyerap apa saja yang disampaikan gurunya. Ucapan guru ibarat benih yang ditabur, apabila baik ucapannya tentulah buah atau hasil yang baik pula yang akan dituai nantinya. Kata-kata bijak mengatakan bahwa :
"Menabur dalam PIKIRAN akan menuai TINDAKAN, Menabur TINDAKAN akan menuai KEBIASAAN, Menabur KEBIASAAN akan menuai KARAKTER. Guru dengan ucapannya menabur benih ke pikiran murid-muridnya. Jika baik ucapan guru ins sha Alloh akan menuai tindakan yang baik pula dari murid-muridnya, dan inilah yang lama kelamaan yang akan menjadi karakter muridnya, karakter yang baik, aaaamiiin...

Wednesday, February 22, 2017

Cerita Nyamuk

Sewaktu mengajar saya sering menyelipkan cerita lucu, apalagi jika mengajar di jam tidur siang saya juga butuh teka-teki untuk membuat murid tetap “on” dengan pembelajaran. Saya harus bisa menyegarkan suasana. Bergurau dan bercerita lucu adalah obat penghilang kesuntukan yang mujarab.
Cerita lucu tidak hanya bisa menghilangkan kesuntukan tapi juga membantu anak-anak untuk menghapal. Apalagi untuk pelajaran IPS yang bersifat hapalan. Ketika belajar Kerajaan Hindu Budha, saya menceritakan kisah penusukan Mpu Gandring yang dilakukan Ken Arok. Cerita saya gantung dengan memberikan pertanyaan kepada anak-anak “Coba... siapa yang tahu kata-kata apa yang diucapkan Mpu Gandring setelah ditusuk Ken Arok ?”. Nah, jawabannya nanti yaa... Sengaja,  cerita  saya pending karena jawabannya akan menjadi penutup pembelajaran. Dengan trik ini, murid-murid akan tetap stand by untuk mengikuti pembelajaran. Bahkan, kalau mereka ribut maka saya katakan tidak akan memberitahu jawabannya.
Setelah pembelajaran selesai barulah kita kembali lagi ke cerita tadi. Saya dengarkan anak-anak mencurahkan gagasan dan jawaban mereka. Jawaban mereka tentang “kata-kata yang diucapkan Empu Gandring ketika ditusuk Ken Arok” luar biasa kreatif dan masuk akal. "Ken Arok..terlalu .." "Ken Arok kukutuk kau..." dan jawaban lain-lainnya. Tentu saja, jawaban murid-murid tidak ada yang pas karena jawaban si pembuat soal alias sayalah yang paling benar. Terakhir saya berikan jawaban “Kata-kata yang diucapkan Mpu Gandring adalah... “Adduuuuh...” (sambil memegang pinggang). Murid-murid tertawa dalam kecewa wkwkwkw...
Sering bercerita lucu, membuat murid-murid juga sering bercerita lucu dan berteka-teki pada saya. Tak jarang, saya ditunggui di depan kelas lalu diminta mendengarkan cerita lucu dari beberapa murid yang malu jika bercerita lucu di kelas. Hingga suatu hari, sekelompok murid bertanya pada saya, “Ustadzah, mengapa nyamuk bisa mengeluarkan suara berdenging ?” Spontan saya menjawab “Iyyaalah, sebab nyamuk minum darah coba minum bensin suaranya berderum kayak motor” Mereka minta kepastian “Benar nih, Ustadzah..? saya memastikan “Lha, iyyalah kalau minumnya bensin nyamuk bunyinya bakalan brum..brum...iyya nggak” Mereka mengangguk.
Beberapa hari kemudian, di kantor majelis guru teman yang mengajar IPA tertawa keras ketika memeriksa buku tugas murid. “Kenapa Mbak ?” tanya saya. Si guru IPA mengunjurkan sebuah buku PR IPA dan saya membaca sendiri jawaban PRnya “Nyamuk mengeluarkan suara berdenging karena mereka minum darah”  Astaghfirullah.... 

Tuesday, November 25, 2014

"Tugas Bumerang"



Rabu, 12 November 2014. Berita di Trans TV pagi ini, beberapa siswa SMA di Jatim tertangkap SatPol PP saat membolos sekolah. Ketika ditanya mengapa membolos, alasan mereka "Banyak tugas sekolah!"
Begitulah tugas sekolah  / PR,  ibarat buah simalakama.
Dikasih sianak bosan, kebanyakan tugas, jika semua bidang studi memberi tugas dan dikumpul pada hari yang sama. Tidak dikasih, jangan berharap siswa akan belajar. Keciiiil kemungkinannya. Malah orang tua murid nanya “Lho kok nggak ada tugas / PR, gimana anak mau belajar kalau nggak ada tugas / PR ?”
Tugas PR  sebenarnyalah menambah pekerjaan guru apalagi kurikulum 2013 tugas guru semakin berjibun dan berjubel (emangnya cucian ?). Sebelum PR dibagikan, guru mempersiapkannnya. Tak kalah rumit dan repotnya setelah dibagikan,  memeriksanya, memberi nilai dll, dsb, dstnya. Kalau si murid nggak buat PR, repot lagi menagih-nagihnya.
Makanya,  saya lebih suka memberi tugas berupa tugas tantangan / "Challenge Work".

Jadi ingat salah satu tugas tantangan yang saya berikan di kelas IV pelajaran PKn / Pendidikan Kewarganegaraan tahun 2006.  Waktu itu pas musim PEMILU,  Kompetensi dasar yang sedang kami pelajari adalah "Memahami makna demokrasi; partisipasi politik dalam bermasyarakat dan bernegara" . Saya tantanglah siswa saya dengan pertanyaan "Jika kamu ikut PEMILU, partai manakah yang akan kamu pilih, dan berikan alasannya" . Tugas dipresentasikan seminggu kemudian dan boleh didiskusikan dengan orang tua dan keluarga di rumah. 

Seminggu kemudian saya seperti dibumerang tugas tersebut.
Ada satu anak, yang tidak membuat, dengan tenang, tanpa rasa bersalah dan percaya diri dia memperlihatkan buku catatan PKnnya yang kosong ke saya. Ketika saya tanya, mengapa tidak membuat, dia justru memberikan buku komunikasinya ke saya. Saya buka dan ternyata
"Waow tumbeeen... Ayahnya yang seorang camat menulis di Bukom dengan bahasa pejabat. Begini kurang lebih tulisannya :
"Ustzh. Izzah, saya kurang setuju dengan tugas tantangan dari Ustzh. Tugas ini secara langsung dan tidak langsung telah mengajarkan ke anak-anak cara politik praktis. Saya rasa ini belum waktunya anak-anak diajarkan politik praktis" Saya hanya termenung setelahnya. Tetapi, yang nggak enak bagi saya justru kalimat terakhirnya. "Saya akan bicarakan ini lebih lanjut ke pimpinan sekolah" Ondeee...
Saya menaruh bukom di meja akan membutuhkan fikiran dan perasaan lebih untuk menjawabnya.
Perhatian saya kembali ke tugas tantangan, satu per satu siswa mempresentasikan pilihannya. Semua asyik dan membuka wawasan bahkan ada yang alai (agak lain) malah berani menulis dan membacakan :
"Ana pingiiiin sekali ikut PEMILU, sayang Ana belum 17 atau Ana cepat nikah aja ya,,?" wkwkwk kacau...
Ada yang keluargaisme :
"Ana, kalau dizinkan ikut PEMILU pilih no XXlah, tahu kan yang lambangnya **** , warnanya *** alasannya karena itu partai Kakek, Nenek, Ayah, Ibu, Om, Tante, Abang dan Kakak Ana" salah satu murid  nimbrung "Partainya Mbak Mimin, Pak Maman juga nggak ?"
Ada yang agamis :
"Ana   partai  **** lah, orang Islam yaa pasti itu partainya...dsbgnya, dstnya..
Ada yang reformis :
“Ana partai *** ini partainya anak muda, kayaknya bagus dan kata Abang Ana emang bagus.
Ada yang nyeni :
“Ana partai *****  habis benderanya bagus Ana suka trus lagu kampanyenya juga enak” Lalu dia menyanyikan lagu kampanye partai tersebut.

Selama presentasi, siswa saya menghargai pendapat dan pilihan temannya. Tidak ada yang merasa partai yang akan dipilihnya lebih hebat. Inilah KD yang ingin dicapai.
Bahkan, ketika mereka tahu satu orang temannya  tidak membuat, mereka hanya ber komentar "Yaa masak Anta nggak buat, berati Anta nggak  punya pendapatlah....?
Mengenai Bukom sewaktu istirahat saya mencoba menjawab sopan dan elegan. Saya draft dulu di buku agenda saya, setelah itu baru menuliskannya :
"Terima kasih atas kritikan Bapak, tetapi saya rasa saya tidak mengajarkan politik praktis. Silahkan Bapak cek di buku paket PKn anak kita, tugas tantangan yang saya berikan KDnya adalah ""Memahami makna demokrasi; partisipasi politik dalam bermasyarakat dan bernegara"
Jadi, dalam presentasi tugas tadi saya ingin melihat sikap mereka dalam menghargai pendapat temannya. Untuk politik praktis sebenarnya memang ada dipelajari Pak, silahkan lihat halaman XX disitu dijabarkan tentang PEMILU ; arti, cara dan syarat ikut PEMILU"
Saya berharap si Bapak Camat puas dengan jawaban saya.
Dan masalah terselesaikan.
Ternyataaaaa, keesokan harinya saya dipanggil oleh Kepala Sekolah.
Nah.. ini baru saya bilang Onde...Mande...dan berdoa semoga tugas tantangan saya tidak menjadi bumerang. Aaaamiiiin...

Monday, November 17, 2014

SKL UN Sosiologi

Berikut ini adalah Standar Kompetensi Lulusan / SKL untuk bidang studi Sosiologi.
Silahkan dipelajari... masih sama dengan tahun-tahun sebelumnya... masih 9 SKL.



NO
KOMPETENSI
INDIKATOR
1.
Menjelaskan fungsi sosiologi sebagai kajian hubungan masyarakat.
Mendeskripsikan obyek kajian, kegunaan, metode atau ciri-ciri ilmu sosiologi.
Menjelaskan permasalahan sosial atau pemecahan masalah sosial.
2.
Mendeskripsikan nilai, norma, dan sosialisasi.
Mengidentifikasi jenis/fungsi nilai atau norma sosial.
Menjelaskan keteraturan sosial dalam masyarakat.
Menjelaskan tahapan/fungsi/tujuan sosialisasi dalam pembentukan kepribadian
Mengidentifikasi berbagai bentuk media sosialisasi.
3.
Mendeskripsikan interaksi sosial dan bentuk-bentuknya.
Menjelaskan terjadinya interaksi atau faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi sosial.
Mengidentifikasi berbagai jenis interaksi sosial.
4.
Mendeskripsikan penyimpangan dan pengendalian sosial.
Menjelaskan sebab terjadinya perilaku menyimpang.
Mengidentifikasi berbagai jenis perilaku menyimpang.
Menjelaskan fungsi dan tujuan pengendalian sosial
Mengindentifikasi pengendalian sosial melalui berbagai jenis lembaga pengendalian sosial.
5.
Menganalisis struktur sosial, konflik sosial dan mobilitas sosial.
Menjelaskan  bentuk struktur sosial dalam masyarakat.
Mengidentifikasi ciri struktur sosial dalam tahap perkembangan masyarakat.
Menjelaskan sebab atau akibat terjadinya konflik sosial.
Menjelaskan proses sosial dalam penyelesaian konflik.
Mengidentifikasi berbagai sifat/bentuk/faktor pendorong/faktor penghambat mobilitas sosial.
Menjelaskan saluran/cara/akibat dari mobilitas sosial.
6.
Menganalisis kelompok sosial dalam masyarakat multikultural.
Menjelaskan pembentukan kelompok sosial dalam masyarakat.
Mengidentifikasi ciri atau bentuk masyarakat multikultural.
Menjelaskan hubungan struktur sosial multikultural dengan dinamika sosial masyarakat.
Menjelaskan latar belakang terbentuknya masyarakat multikultural atau pengaruhnya terhadap kehidupan masyarakat
Mengidentifikasi perilaku yang sesuai dengan masyarakat multikultural.
7.
Mendeskripsikan perubahan sosial dan dampaknya.
Mengidentifikasi jenis atau bentuk perubahan sosial.
Menjelaskan dampak positif atau dampak negatif perubahan sosial.
Mengidentifikasi faktor pendorong/penghambat/
sebab perubahan.
8.
Menjelaskan lembaga sosial.
Menjelaskan hakikat, ciri-ciri, atau fungsi lembaga sosial dalam masyarakat.


9.
Mendeskripsikan penelitian sosial.
Menjelaskan jenis penelitian dan pendekatan  dalam penelitian sosial.


Mendeskripsikan manfaat hasil penelitian sosial
 
Silahkan jika ada yang ingin ditanyakan, kalau bisa dijawab tentu akan dijawab.
Selamat belajar... dan tetap semangat... :)